Tuesday, October 12, 2010

Membangun Citra Diri Positif

Mencintai orang lain? Wah, itu biasa dilakukan remaja seusia kita. Mencintai diri sendiri? Nah, ini malah belum tentu bisa dilakukan dengan baik oleh remaja seusia kita.
 
Mencintai diri sendiri bukan berarti kita menjadi orang yang sombong lagi takabur. Mencintai diri sendiri malah lebih cenderung kepada mensyukuri apa yang Allah berikan kepada diri kita. Dalam ilmu psikologi populer, mencintai diri sendiri berarti adalah kita memiliki citra diri yang positif.
 
Apa pentingnya mencintai diri sendiri ini? Manfaat apa saja yang kita raih dari memiliki citra diri positif? Itu semua bisa Anda simak di bawah ini. Nanti, kita juga akan tahu kiat apa yang kita perlukan untuk membentuk citra diri yang positif. Baca saja!

Pentingnya Citra Diri yang Positif
“Anda adalah sebagaimana yang Anda pikirkan tentang diri Anda sendiri” Bingung? Versi aslinya, mungkin malah lebih mudah dipahami: “You are what you think”. Ini adalah kalimat pepatah luar negeri. Maksudnya adalah jika kita memiliki citra diri positif, maka kita akan mengalami berbagai macam hal positif sesuai dengan apa yang kita pikirkan.
 
Banyak ahli percaya bahwa orang yang memiliki citra positif adalah orang yang beruntung. Citra diri yang positif membuat mereka menikmati banyak hal yang menguntungkan, antara lain:

Membangun Percaya Diri
Citra diri yang positif secara alamiah akan membangun rasa percaya diri, yang merupakan salah satu kunci sukses. Orang yang mempunyai citra diri positif tidak akan berlama-lama menangisi nasibnya yang sepertinya terlihat buruk. Citra dirinya yang positif mendorongnya untuk melakukan sesuatu yang masih dapat ia lakukan. Ia akan fokus pada hal-hal yang masih bisa dilakukan, bukannya pada hal-hal yang sudah tidak bisa ia lakukan lagi. Dari sinilah, terdongkrak rasa percaya diri orang tersebut.

Meningkatkan Daya Juang
Dampak langsung dari citra diri positif adalah semangat juang yang tinggi. Orang yang memiliki citra diri positif, percaya bahwa dirinya jauh lebih berharga daripada masalah, ataupun penyakit yang sedang dihadapinya. Ia juga bisa melihat bahwa hidupnya jauh lebih indah dari segala krisis dan kegagalan jangka pendek yang harus dilewatinya. Segala upaya dijalaninya dengan tekun untuk mengalahkan masalah yang sedang terjadi dan meraih kembali kesuksesan yang sempat. Inilah daya juang yang lebih tinggi yang muncul dari orang dengan citra diri positif.

Manfaat Citra Diri yang Positif
Seseorang yang memiliki citra diri yang positif akan mendapatkan berbagai manfaat, baik yang berdampak positif bagi dirinya sendiri maupun untuk orang-orang di sekitarnya. Manfaat-manfaat yang terasakan oleh si empunya citra diri positif dan lingkungannya tersebut adalah:

Membawa Perubahan Positif
Orang yang memiliki citra diri positif senantiasa mempunyai inisiatif untuk menggulirkan perubahan positif bagi lingkungan tempat ia berkarya. Mereka tidak akan menunggu agar kehidupan menjadi lebih baik, sebaliknya, mereka akan melakukan perubahan untuk membuat kehidupan menjadi lebih baik.
 
Masalah pengangguran tidak membuat orang bercitra diri positif mencak-mencak dan memaki pemerintah. Orang seperti ini akan berusaha mencari dan membuat lapangan pekerjaan bagi diri dan lingkungannya. Hingga ia bisa meyakinkan investor dan memulai usahanya, lapangan pekerjaan pun akan terbuka. Perubahan positif tidak hanya terasakan oleh dirinya, namun juga oleh lingkungannya.

Mengubah Krisis Menjadi Keberuntungan
Selain membawa perubahan positif, orang yang memiliki citra positif juga mampu mengubah krisis menjadi kesempatan untuk meraih keberuntungan. Citra diri yang positif mendorong orang untuk menjadi pemenang dalam segala hal. Menurut orang-orang yang bercitra diri positif, kekalahan, kegagalan, kesulitan dan hambatan sifatnya hanya sementara. Fokus perhatian mereka tidak melulu tertuju kepada kondisi yang tidak menguntungkan tersebut, melainkan fokus mereka diarahkan pada jalan keluar.
 
Seringkali kita memandang pada pintu yang tertutup terlalu lama, sehingga kita tidak melihat bahwa ada pintu-pintu kesempatan lain yang terbuka untuk kita. Kita seringkali memandang dan menyesali kegagalan, krisis dan masalah yang menimpa terlalu lama, sehingga kita kehilangan harapan dan semangat untuk melihat kesempatan lain yang sudah terbuka bagi kita.
 
John Forbes Nash, pemenang nobel di bidang ilmu pengetahuan ekonomi dan matematika, justru merasa tertantang ketika mengalami soal matematika atau permasalahan ekonomi yang sulit. Kesulitan-kesulitan ini menurut Forbes, merupakan kesempatan untuk membuktikan kemampuannya memecahkan masalah tersebut. Kesulitan dan masalah dalam matematika dan ekonomi, mendorongnya untuk mencari cara-cara baru yang lebih efektif dan kreatif sebagai solusi bagi permasalahan tersebut.

Strategi Membangun Citra Diri Positif
Setelah kita menyadari pentingnya memiliki citra diri positif, dan manfaat memiliki citra diri positif, tentunya kita juga ingin tahu bagaimana membangun citra diri yang positif. Berikut ini hal-hal yang harus dilakukan untuk membentuk citra diri yang positif:

Persiapan
Salah satu cara membangun citra diri positif adalah melalui persiapan. Dengan persiapan yang cukup, kita menjadi lebih yakin akan kemampuan kita meraih sukses. Keyakinan ini merupakan modal dasar meraih keberuntungan. Dengan melakukan persiapan, kita sudah berhasil memenangkan separuh dari pertarungan. Persiapan menuntun kita untuk mengantisipasi masalah, mencari alternatif solusi, dan menyusun strategi sukses. Persiapan dapat diwujudkan dengan mencari ilmu pengetahuan yang mendukung kita dalam menyelesaikan suatu masalah. Persiapan juga berarti latihan fisik dan perencanaan strategi bagi atlet-atlet olahraga.

Berpikir Unggul
Untuk membangun citra diri yang positif, kita harus berpikir unggul. Cara berpikir unggul seperti ini akan mendorong kita untuk senantiasa berusaha menghasilkan karya terbaik. Mereka tidak akan berhenti sebelum mereka dapat mempersembahkan sebuah mahakarya. Muhammad Ali, petinju asal Amerika Serikat, telah menjadi petinju legendaris dengan segudang prestasi yang membanggakan. Semua ini dapat diraih Ali karena selalu berpikir unggul. Setiap kali bertanding, yang dipikirkan oleh Ali adalah kemenangan. Ali tidak pernah berpikir kalah, tetapi selalu berpikir menang. Dengan tujuan kemenangan, Ali dan pelatih serta semua yang mendukungnya berlatih dan menyusun strategi untuk membukukan kemenangan yang sudah dipikirkan sebelumnya.

Belajar Berkelanjutan
Selain melalui persiapan yang tepat serta berpikir unggul, citra diri positif juga bisa dibangun melalui komitmen pada pembelajaran berkelanjutan. Hasil belajar akan membawa perubahan positif dengan menambah nilai bagi orang yang berhasil mendapatkan pengetahuan ataupun keterampilan baru, yang bisa dijadikannya modal untuk maju meraih sukses. Tanpa semangat untuk senantiasa mengembangkan diri, orang yang sudah memiliki citra positif bisa saja lalu kehilangan citranya tersebut karena tidak dianggap ”unggul” lagi atau tidak dianggap mampu menambah nilai bagi masyarakat sekitar melalui karya-karya yang dihasilkannya.
 
Seringkali orang yang sudah berada di tingkat atas merasa tak perlu lagi untuk belajar. Ia memandang remeh untuk belajar lagi, ia pikir, “Toh, aku sudah sukses.” Tambahan, orang seperti ini lebih enggan lagi untuk belajar pada orang yang lebih rendah dari dirinya. Hasilnya, ketika ia dirundung masalah, keberhasilannya pun melorot. Orang yang lebih rendah yang terus belajar akan menggantikannya dan menangani masalah dengan lebih baik.
 
Ternyata, banyak juga manfaat yang bisa kita peroleh jika kita mempunyai citra diri yang positif. Tunggu apa lagi? Insyaallah, mencintai diri sendiri dengan memiliki citra diri yang positif ini tak seruwet jika kita terjebak dengan kisah mencintai orang lain. Selamat membangun citra diri yang positif!

Pentingnya Membangun Citra Perusahaan

Perusahaan yang mempunyai citra baik dimata konsumen , produk dan jasanya relatif lebih bisa diterima konsumen dari pada perusahaan yang tidak mempunyai citra.
Perusahaan yang memiliki citra positif dimata konsumen cenderung survive pada masa krisis. Kalaupun menderita kerugian jumlah nominalnya jauh lebih kecil dibanding perusahaan yang citranya kurang baik. Penyebabnya karena dimasa krisis masyarakat melakukan pengetatan keuangan, mereka akan lebih selektif dalam mengkonsumsi dan memilih yang secara resiko memang aman. Karena itu mereka umumnya memilih berhubungan dengan perusahaan atau membeli produk-produk yang dipercaya memiliki pelayanan dan kualitas yang baik.
Dampak positif lainnya terhadap karyawannya sendiri. Karyawan yang bekerja pada perusahaan dengan citra positif memiliki rasa bangga sehingga dapat memicu motivasi mereka untuk bekerja lebih produktif. Dengan demikian pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan meningkat.
Selain itu citra perusahaan yang baik juga menjadi incaran para investor yang otomatis akan semakin yakin terhadap daya saing dan kinerja perusahaan ini. Bagi perusahaan yang telah go publik kondisi ini berpengaruh pada pergerakan harga saham di lantai bursa. Dengan demikian perusahaan yang memiliki citra positif akan lebih mudah dalam melakukan segala hal untuk berkembang.
Sejumlah perusahaan besar nasional yang membangun citra perusahaan dengan baik terbukti mampu menjadi penguasa pasar dan jasa yang dimasukinya.
Berdasarkan riset yang dilakukan Frontier Marketing & Research Consultant ada tiga perusahaan yang berhasil menggondol penghargaan sebagai perusahaan yang mampu membangun corporate image. Yaitu PT Indofood Sukses Makmur terpilih sebagai The best sosial responsibility (perusahaan paling professional) dan The best innovative (perusahaan paling inovatif), PT Astra International terpilih sebagai The most professionally managed (perusahaan paling profesional) dan PT Telkom terpilih sebagai The most trusted (perusahaan paling dipercaya).
Penelitian tersebut memang hanya membatasi pada empat kategori saja yaitu tanggung jawab social perusahaan, daya inovasi, manajemen profesional dan kepercayaan masyarakat.
Kita coba melihat lebih mendalam tentang bagaimana upaya perusahaan tersebut memberikan pelayanan yang memuaskan kepada para pelanggannya sehingga mampu memperoleh citra yang positif tersebut.
PT Telkom di tahun 1980 mempunyai citra yang jelek seperti sambungan susah, praktek pencaloan dan nada sambung putus-putus. Keberhasilan perusahaan tidak datang begitu saja melainkan diawali dengan serangkaian upaya membangun citra perusahaan.
Perubahan citra telkom diawali pada tahun 1991 saat dilakukan perubahan logo. Dengan logo baru kombinasi warna biru muda dan biru, manajemen perusahaan berbuat lebih baik lagi. Saat itu dimulai semangat kerja baru dan mengubah pola pikir birokrat menjadi entrepreneur.
Misalnya pelayanan sambungan cukup melalui outlet Telkom tidak perlu mendapat persetujuan dari kepala kantor selain itu pengelolaan manajemen jaringan pelayanan Telkom dan kantor pelayanan sentral disatukan kalau sebelumnya terpisah.
Astra berusaha memberikan produk serta jasa berkwalitas dan berorientasi pada pelanggannya disamping memiliki team work yang kompak dan komunikatif dalam perusahaan yang memungkinkannya bisa memberikan feedback secara cepat, bijaksana dan transparan. Citra perusahaan Astra dipengaruhi oleh sinergi jajaran staf perusahaan dalam menjalankan roda bisnis.
Kiat lain Astra lainnya adalah dengan membentuk tim khusus yang memfokuskan diri pada masalah. Selain itu jajaran staf didorong untuk memliki sense of crisis serta memperkuat networking perusahaan.
Citra perusahaan tidak bisa direkayasa. Artinya citra akan datang dengan sendirinya dari upaya yang kita tempuh sehingga komunikasi dan keterbukaan perusahaan merupakan salah satu factor utama untuk mendapat citra perusahaan yang positif .
Upaya membangun cira perusahaan tidak bisa dilakukan secara serampangan pada saat tertentu saja tetapi merupakan suatu proses yang panjang.
Perusahaan yang memiliki citra yang positif pada umumnya berhasil membangun citranya setelah belajar banyak dari pengalaman . Mereka berupaya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada masa lampau.

Memahami bahwa keberhasilan perusahaan tidak hanya tergantung pada mutu produk dan jasanya tapi juga pada kepiawaian membangun citra perusahaan. maka seharusnya setiap perusahaan perlu mengetahui citranya di masyarakat .
Tetapi masih sedikit perusahaan di Indonesia yang sungguh sungguh berupaya membangun citra. Menurut data Frontier Marketing and Research jumlah perusahaan Indonesia yang mempunyai rencana jangka panjang dan komitmen tinggi dalam membangun citranya hanya sekitar 50 buah.
Ketidak sungguhan mereka dalam membangun citra terlihat dari tidak adanya tim khusus yang bertugas untuk mengevaluasi citra perusahaan serta minimnya alokasi dana untuk kegiatan itu.
Ditambah lagi jika pengukuran dilakukan tidak secara sistematis kesadaran terhadap perlunya membangun citra perusahaan sulit ditumbuhkan.
 
Banyak sekali aspek atau indicator yang bisa dijadikan instrumen survei. Dalam lingkup televisi paling sedikit ada tiga dimensi yaitu : Aspek teknis, Aspek pembawa acara dan Aspek content atau isinya.
Ketiga aspek tersebut masih dapat dijabarkan secara ditail antara lain:
Aspek teknis :
  • Kualitas penerimaan gambar dirumah.
  • Kualitas penerimaan suara dll.
Aspek pembawa acara :
  • kepribadian.
  • gaya bahasa.
  • penguasaan masalah.
  • kemampuan dll.
Aspek content atau isinya:
- Porsi siaran antara yang diharapkan dengan yang eksisting.
Pertanyaan harus spesifik jenis acara misalnya film import, sinetron, musik, talk show,olah raga.
- Kualitas acaranya
- Jam-jam masyarakat paling sering nonton televisi dll.
Perlu diingat citra merupakan hasil dari penilaian atas sejumlah atribut, tetapi citra bukanlah penilaian itu sendiri. Misalnya melalui survei kita menanyakan “ Bagaimana kualitas film barat di RCTI selama setahun terakhir? Hasilnya 90% responden menjawab bagus. Data tersebut tidak cukup menyimpulkan bahwa citra RCTI adalah “film baratnya bagus”
 
Mengapa demikian? Karena citra adalah kesan masyarakat yang paling menonjol dari suatu objek. Karena itu kita harus mengukur semua dimensi yang oleh audiens dipakai dan diolah dalam menciptakan citra.
Lalu bagaimana cara kita menemukan indicator yang dipakai masyarakat dalam membentuk citra sebuah program televisi?
 
Tahap pertama survei dilakukan bersifat eksploratip yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka dengan sample yang relatif kecil.
 
Dari sini kita bisa menginventarisasi atribut apa yang dianggap penting oleh audiens. Agar hasilnya objectif, maka survei ekploratif anda sebaiknya menggunakan pertanyaan terbuka dan memberi kesempatan pada responden menjawab secara bebas dan spontan, misalnya anda bisa mengajukan pertanyaan berikut :

“ Apa yang timbul dalam pikiran anda bila mendengar RCTI?”
 
“ Apa yang timbul dalam pikiran anda bila mendengar TPI”Apa lagi?”
 
“ Apa yang timbul dalam pikiran anda bila mendengar Penyiar Indosiar?”

Anda harus menggali jawaban responden dan sama sekali tidak memberikan alternatif pilihan jawaban atau mengarahkan jawaban responden. Dari sini anda akan menginventarisasikan sejumlah atribut yang oleh audiens dianggap “penting”. Secara iseng anda dapat mulai sekarang kepada beberapa teman anda. Anda mungkin akan terkejut mendapati jawaban yang sangat bervariasi dari satu teman ke teman lainnya.

Kemudian tahap berikutnya atribut yang ditemukan tersebut bisa diukur secara kuantitatif. Anda harus menetapkan definisi atau batasan terlebih dahulu, Misalnya secara sederhana dalam hal ini image televisi dapat didefinisikan sebagai : Apa yang dipikirkan audiens mengenai siaran televisi.

Image adalah persepsi yang paling menonjol. Setelah membaca penjelasan ini, mungkin anda baru menyadari bahwa anda bukan hendak mengukur image, tetapi anda hendak mengukur penilaian audiens spesifik mengenai beberapa aspek saja. Jika itu yang ingin anda lakukan, anda dapat langsung melakukan survei secara kwantitatif. Tetapi anda harus ingat bahwa anda tidak sedang mengukur penilaian mengenai aspek yang anda tentukan sendiri. Pertanyaan – pertanyaan anda sebaiknya dirancang dalam konteks perbandingan dengan televisi lain, agar hasilnya lebih baik.
Riofr. Powered by Blogger.