Perusahaan yang mempunyai citra baik dimata konsumen , produk dan jasanya relatif lebih bisa diterima konsumen dari pada perusahaan yang tidak mempunyai citra.
Perusahaan yang memiliki citra positif dimata konsumen cenderung survive pada masa krisis. Kalaupun menderita kerugian jumlah nominalnya jauh lebih kecil dibanding perusahaan yang citranya kurang baik. Penyebabnya karena dimasa krisis masyarakat melakukan pengetatan keuangan, mereka akan lebih selektif dalam mengkonsumsi dan memilih yang secara resiko memang aman. Karena itu mereka umumnya memilih berhubungan dengan perusahaan atau membeli produk-produk yang dipercaya memiliki pelayanan dan kualitas yang baik.
Dampak positif lainnya terhadap karyawannya sendiri. Karyawan yang bekerja pada perusahaan dengan citra positif memiliki rasa bangga sehingga dapat memicu motivasi mereka untuk bekerja lebih produktif. Dengan demikian pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan meningkat.
Selain itu citra perusahaan yang baik juga menjadi incaran para investor yang otomatis akan semakin yakin terhadap daya saing dan kinerja perusahaan ini. Bagi perusahaan yang telah go publik kondisi ini berpengaruh pada pergerakan harga saham di lantai bursa. Dengan demikian perusahaan yang memiliki citra positif akan lebih mudah dalam melakukan segala hal untuk berkembang.
Sejumlah perusahaan besar nasional yang membangun citra perusahaan dengan baik terbukti mampu menjadi penguasa pasar dan jasa yang dimasukinya.
Berdasarkan riset yang dilakukan Frontier Marketing & Research Consultant ada tiga perusahaan yang berhasil menggondol penghargaan sebagai perusahaan yang mampu membangun corporate image. Yaitu PT Indofood Sukses Makmur terpilih sebagai The best sosial responsibility (perusahaan paling professional) dan The best innovative (perusahaan paling inovatif), PT Astra International terpilih sebagai The most professionally managed (perusahaan paling profesional) dan PT Telkom terpilih sebagai The most trusted (perusahaan paling dipercaya).
Penelitian tersebut memang hanya membatasi pada empat kategori saja yaitu tanggung jawab social perusahaan, daya inovasi, manajemen profesional dan kepercayaan masyarakat.
Kita coba melihat lebih mendalam tentang bagaimana upaya perusahaan tersebut memberikan pelayanan yang memuaskan kepada para pelanggannya sehingga mampu memperoleh citra yang positif tersebut.
PT Telkom di tahun 1980 mempunyai citra yang jelek seperti sambungan susah, praktek pencaloan dan nada sambung putus-putus. Keberhasilan perusahaan tidak datang begitu saja melainkan diawali dengan serangkaian upaya membangun citra perusahaan.
Perubahan citra telkom diawali pada tahun 1991 saat dilakukan perubahan logo. Dengan logo baru kombinasi warna biru muda dan biru, manajemen perusahaan berbuat lebih baik lagi. Saat itu dimulai semangat kerja baru dan mengubah pola pikir birokrat menjadi entrepreneur.
Misalnya pelayanan sambungan cukup melalui outlet Telkom tidak perlu mendapat persetujuan dari kepala kantor selain itu pengelolaan manajemen jaringan pelayanan Telkom dan kantor pelayanan sentral disatukan kalau sebelumnya terpisah.
Astra berusaha memberikan produk serta jasa berkwalitas dan berorientasi pada pelanggannya disamping memiliki team work yang kompak dan komunikatif dalam perusahaan yang memungkinkannya bisa memberikan feedback secara cepat, bijaksana dan transparan. Citra perusahaan Astra dipengaruhi oleh sinergi jajaran staf perusahaan dalam menjalankan roda bisnis.
Kiat lain Astra lainnya adalah dengan membentuk tim khusus yang memfokuskan diri pada masalah. Selain itu jajaran staf didorong untuk memliki sense of crisis serta memperkuat networking perusahaan.
Citra perusahaan tidak bisa direkayasa. Artinya citra akan datang dengan sendirinya dari upaya yang kita tempuh sehingga komunikasi dan keterbukaan perusahaan merupakan salah satu factor utama untuk mendapat citra perusahaan yang positif .
Upaya membangun cira perusahaan tidak bisa dilakukan secara serampangan pada saat tertentu saja tetapi merupakan suatu proses yang panjang.
Perusahaan yang memiliki citra yang positif pada umumnya berhasil membangun citranya setelah belajar banyak dari pengalaman . Mereka berupaya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada masa lampau.
Perusahaan yang memiliki citra positif dimata konsumen cenderung survive pada masa krisis. Kalaupun menderita kerugian jumlah nominalnya jauh lebih kecil dibanding perusahaan yang citranya kurang baik. Penyebabnya karena dimasa krisis masyarakat melakukan pengetatan keuangan, mereka akan lebih selektif dalam mengkonsumsi dan memilih yang secara resiko memang aman. Karena itu mereka umumnya memilih berhubungan dengan perusahaan atau membeli produk-produk yang dipercaya memiliki pelayanan dan kualitas yang baik.
Dampak positif lainnya terhadap karyawannya sendiri. Karyawan yang bekerja pada perusahaan dengan citra positif memiliki rasa bangga sehingga dapat memicu motivasi mereka untuk bekerja lebih produktif. Dengan demikian pertumbuhan dan profitabilitas perusahaan meningkat.
Selain itu citra perusahaan yang baik juga menjadi incaran para investor yang otomatis akan semakin yakin terhadap daya saing dan kinerja perusahaan ini. Bagi perusahaan yang telah go publik kondisi ini berpengaruh pada pergerakan harga saham di lantai bursa. Dengan demikian perusahaan yang memiliki citra positif akan lebih mudah dalam melakukan segala hal untuk berkembang.
Sejumlah perusahaan besar nasional yang membangun citra perusahaan dengan baik terbukti mampu menjadi penguasa pasar dan jasa yang dimasukinya.
Berdasarkan riset yang dilakukan Frontier Marketing & Research Consultant ada tiga perusahaan yang berhasil menggondol penghargaan sebagai perusahaan yang mampu membangun corporate image. Yaitu PT Indofood Sukses Makmur terpilih sebagai The best sosial responsibility (perusahaan paling professional) dan The best innovative (perusahaan paling inovatif), PT Astra International terpilih sebagai The most professionally managed (perusahaan paling profesional) dan PT Telkom terpilih sebagai The most trusted (perusahaan paling dipercaya).
Penelitian tersebut memang hanya membatasi pada empat kategori saja yaitu tanggung jawab social perusahaan, daya inovasi, manajemen profesional dan kepercayaan masyarakat.
Kita coba melihat lebih mendalam tentang bagaimana upaya perusahaan tersebut memberikan pelayanan yang memuaskan kepada para pelanggannya sehingga mampu memperoleh citra yang positif tersebut.
PT Telkom di tahun 1980 mempunyai citra yang jelek seperti sambungan susah, praktek pencaloan dan nada sambung putus-putus. Keberhasilan perusahaan tidak datang begitu saja melainkan diawali dengan serangkaian upaya membangun citra perusahaan.
Perubahan citra telkom diawali pada tahun 1991 saat dilakukan perubahan logo. Dengan logo baru kombinasi warna biru muda dan biru, manajemen perusahaan berbuat lebih baik lagi. Saat itu dimulai semangat kerja baru dan mengubah pola pikir birokrat menjadi entrepreneur.
Misalnya pelayanan sambungan cukup melalui outlet Telkom tidak perlu mendapat persetujuan dari kepala kantor selain itu pengelolaan manajemen jaringan pelayanan Telkom dan kantor pelayanan sentral disatukan kalau sebelumnya terpisah.
Astra berusaha memberikan produk serta jasa berkwalitas dan berorientasi pada pelanggannya disamping memiliki team work yang kompak dan komunikatif dalam perusahaan yang memungkinkannya bisa memberikan feedback secara cepat, bijaksana dan transparan. Citra perusahaan Astra dipengaruhi oleh sinergi jajaran staf perusahaan dalam menjalankan roda bisnis.
Kiat lain Astra lainnya adalah dengan membentuk tim khusus yang memfokuskan diri pada masalah. Selain itu jajaran staf didorong untuk memliki sense of crisis serta memperkuat networking perusahaan.
Citra perusahaan tidak bisa direkayasa. Artinya citra akan datang dengan sendirinya dari upaya yang kita tempuh sehingga komunikasi dan keterbukaan perusahaan merupakan salah satu factor utama untuk mendapat citra perusahaan yang positif .
Upaya membangun cira perusahaan tidak bisa dilakukan secara serampangan pada saat tertentu saja tetapi merupakan suatu proses yang panjang.
Perusahaan yang memiliki citra yang positif pada umumnya berhasil membangun citranya setelah belajar banyak dari pengalaman . Mereka berupaya untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dilakukan pada masa lampau.
Memahami bahwa keberhasilan perusahaan tidak hanya tergantung pada mutu produk dan jasanya tapi juga pada kepiawaian membangun citra perusahaan. maka seharusnya setiap perusahaan perlu mengetahui citranya di masyarakat .
Tetapi masih sedikit perusahaan di Indonesia yang sungguh sungguh berupaya membangun citra. Menurut data Frontier Marketing and Research jumlah perusahaan Indonesia yang mempunyai rencana jangka panjang dan komitmen tinggi dalam membangun citranya hanya sekitar 50 buah.
Ketidak sungguhan mereka dalam membangun citra terlihat dari tidak adanya tim khusus yang bertugas untuk mengevaluasi citra perusahaan serta minimnya alokasi dana untuk kegiatan itu.
Ditambah lagi jika pengukuran dilakukan tidak secara sistematis kesadaran terhadap perlunya membangun citra perusahaan sulit ditumbuhkan.
Tetapi masih sedikit perusahaan di Indonesia yang sungguh sungguh berupaya membangun citra. Menurut data Frontier Marketing and Research jumlah perusahaan Indonesia yang mempunyai rencana jangka panjang dan komitmen tinggi dalam membangun citranya hanya sekitar 50 buah.
Ketidak sungguhan mereka dalam membangun citra terlihat dari tidak adanya tim khusus yang bertugas untuk mengevaluasi citra perusahaan serta minimnya alokasi dana untuk kegiatan itu.
Ditambah lagi jika pengukuran dilakukan tidak secara sistematis kesadaran terhadap perlunya membangun citra perusahaan sulit ditumbuhkan.
Banyak sekali aspek atau indicator yang bisa dijadikan instrumen survei. Dalam lingkup televisi paling sedikit ada tiga dimensi yaitu : Aspek teknis, Aspek pembawa acara dan Aspek content atau isinya.
Ketiga aspek tersebut masih dapat dijabarkan secara ditail antara lain:
Aspek teknis :
Ketiga aspek tersebut masih dapat dijabarkan secara ditail antara lain:
Aspek teknis :
- Kualitas penerimaan gambar dirumah.
- Kualitas penerimaan suara dll.
Aspek pembawa acara :
- kepribadian.
- gaya bahasa.
- penguasaan masalah.
- kemampuan dll.
Aspek content atau isinya:
- Porsi siaran antara yang diharapkan dengan yang eksisting.
Pertanyaan harus spesifik jenis acara misalnya film import, sinetron, musik, talk show,olah raga.
- Kualitas acaranya
- Jam-jam masyarakat paling sering nonton televisi dll.
- Porsi siaran antara yang diharapkan dengan yang eksisting.
Pertanyaan harus spesifik jenis acara misalnya film import, sinetron, musik, talk show,olah raga.
- Kualitas acaranya
- Jam-jam masyarakat paling sering nonton televisi dll.
Perlu diingat citra merupakan hasil dari penilaian atas sejumlah atribut, tetapi citra bukanlah penilaian itu sendiri. Misalnya melalui survei kita menanyakan “ Bagaimana kualitas film barat di RCTI selama setahun terakhir? Hasilnya 90% responden menjawab bagus. Data tersebut tidak cukup menyimpulkan bahwa citra RCTI adalah “film baratnya bagus”
Mengapa demikian? Karena citra adalah kesan masyarakat yang paling menonjol dari suatu objek. Karena itu kita harus mengukur semua dimensi yang oleh audiens dipakai dan diolah dalam menciptakan citra.
Lalu bagaimana cara kita menemukan indicator yang dipakai masyarakat dalam membentuk citra sebuah program televisi?
Lalu bagaimana cara kita menemukan indicator yang dipakai masyarakat dalam membentuk citra sebuah program televisi?
Tahap pertama survei dilakukan bersifat eksploratip yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terbuka dengan sample yang relatif kecil.
Dari sini kita bisa menginventarisasi atribut apa yang dianggap penting oleh audiens. Agar hasilnya objectif, maka survei ekploratif anda sebaiknya menggunakan pertanyaan terbuka dan memberi kesempatan pada responden menjawab secara bebas dan spontan, misalnya anda bisa mengajukan pertanyaan berikut :
“ Apa yang timbul dalam pikiran anda bila mendengar RCTI?”
“ Apa yang timbul dalam pikiran anda bila mendengar TPI”Apa lagi?”
“ Apa yang timbul dalam pikiran anda bila mendengar Penyiar Indosiar?”
Anda harus menggali jawaban responden dan sama sekali tidak memberikan alternatif pilihan jawaban atau mengarahkan jawaban responden. Dari sini anda akan menginventarisasikan sejumlah atribut yang oleh audiens dianggap “penting”. Secara iseng anda dapat mulai sekarang kepada beberapa teman anda. Anda mungkin akan terkejut mendapati jawaban yang sangat bervariasi dari satu teman ke teman lainnya.
Kemudian tahap berikutnya atribut yang ditemukan tersebut bisa diukur secara kuantitatif. Anda harus menetapkan definisi atau batasan terlebih dahulu, Misalnya secara sederhana dalam hal ini image televisi dapat didefinisikan sebagai : Apa yang dipikirkan audiens mengenai siaran televisi.
Image adalah persepsi yang paling menonjol. Setelah membaca penjelasan ini, mungkin anda baru menyadari bahwa anda bukan hendak mengukur image, tetapi anda hendak mengukur penilaian audiens spesifik mengenai beberapa aspek saja. Jika itu yang ingin anda lakukan, anda dapat langsung melakukan survei secara kwantitatif. Tetapi anda harus ingat bahwa anda tidak sedang mengukur penilaian mengenai aspek yang anda tentukan sendiri. Pertanyaan – pertanyaan anda sebaiknya dirancang dalam konteks perbandingan dengan televisi lain, agar hasilnya lebih baik.
0 comments:
Post a Comment