Sunday, November 7, 2010

Etnosentris Akar dari Rasisme

MENGAPA ETNOSENTRIS AKAR DARI RASISME ?
Etnosentris adalah akar dari rasisme. Karena etnosentrisme membuat kebudayaan diri sebagai patokan dalam mengukur baik buruknya, atau tinggi rendahnya dan benar atau ganjilnya kebudayaan lain dalam proporsi kemiripannya dengan kebudayaan sendiri, adanya. kesetiakawanan yang kuat dan tanpa kritik pada kelompok etnis atau bangsa sendiri disertai dengan prasangka terhadap kelompok etnis dan bangsa yang lain. Orang-orang yang berkepribadian etnosentris cenderung berasal dari kelompok masyarakat yang mempunyai banyak keterbatasan baik dalam pengetahuan, pengalaman, maupun komunikasi, sehingga sangat mudah terprofokasi. Perlu pula dipahami bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia masih berada pada berbagai keterbatasan tersebut.
Walau begitu tetap saja terdapat segi positif dan negatif dari etnosntrisme tersebut.
- SEGI POSITIF ETNOSENTRISME
1) Menjaga keutuhan suatu bangsa dan stabilitas budaya
2) Mempertinggi semangat patriotisme
3) Dapat mempertinggi kesetiaan terhadap bangsa (right or wrong is my country)
4) Dapat meneguhkan cinta tanah air
- SEGI NEGATIF ETNOSENTRISME
1) Mengurangi atau bahkan menghilangkan obyektifitas ilmu pengetahuan
2) Menghambat hubungan antar bangsa
3) Menghambat proses asimilasi dan integrasi
4) Kekuataan terpendam terjadinya pertentangan dan konflik Politik diskriminasi disebabkan karena menguatnya primordialisme. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan perlakuan terhadap warganegara (berdasarkan warnakulit, golongan, suku, agama, dan sebagainya) Contohnya diskriminasi ras dengan politik Apartheid di Uni Afrika Selatan dan Segregasi (pemisahan suatu golongan dari golongan lainnya) orang-orang negro dsb.
CONTOH :
Konflik dan Kepentingan Sosial
Sebagai bangsa yang majemuk, Indonesia memiliki potensi untuk terjadinya perpecahan. Hal ini terjadi karena adanya sikap etnosenris dan memandang kelompok lain dengan ukuran yang sama-sekali tidak ada konsesus atasnya. Terdapat lebih dari 200 suku dan 300 bahasa. Sehingga Indonesia adalah negara yang sangat kaya ada-istiadat. Namun, kekayaan itu akan menjadi lumpuh ketika perbedaan di antaranya tidak diperkuat oleh sikap nasionalisme. Hal bisa dilhat dari banyaknya konflik antaretnis di tahun 1990-an. Seperti tragedi Sampit, antar suku Madura dan Dayak. Dimana terdapat kecemburuan ekonomi anatar Madura sebagai pendatang dan Dayak sebagai penduduk asli. Tragedi Pos, Ambon, dan Perang adat di Papua.
Sebagai contoh di Papua. Seperti yang diberitakan Kompas Juli 2002, ada 312 suku yang menghuni Papua. Suku-suku ini merupakan penjabaran dari suku-suku asli yaitu Dani, Mee, Paniai, Amungme, Kamoro, biak, Ansus, Waropen, Bauzi, Asmat, Sentani, Nafri, Meyakh, Amaru, dan Iha. Setiap suku memiliki bahasa daerah (bahasa ibu) yang berbeda. Sehingga saat ini tedapat 312 bahasa di sana.
Tempat-tempat pemukiman suku-suku di Papua terbagi secara tradisional dengan corak kehidupan sosial ekonomi dan budaya sendiri. Suku-suku yang mendiami pantai, gunung, dan hutan memiliki karakteristik kebudayaan dan kebiasaan berbeda.. Hal ini pula berimbas pada nilai, norma, ukuran, agama, dan cara hidup yang beranekaragam pula.
Keanekaragaman ini sering memicu konflik antarsuku. Misalnya yang terjadi pada tahun 2001, dimana terdapat perang adat antara suku Asmat dan Dani. Masing-masing-masing-masing suku merasa sukunyalah yang paling benar dan harus dihormati. Perang adat berlangsung bertahun-tahun. Karena sebelum adanya salah satu pihak yang kalah atau semkain kuat danmelebihi pihak yang lain, maka perang pun tidak akan pernah berakhir.
Fenomena yang sama juga banyak terjadi di kota-kota besar misalnya Yogyakarta. Sebagai kota multiultur, banyak sekali pendatang dari penjuru nusantara dengan latarbelakang kebudayaan yang berbeda Masig-masing-masing membawa kepentingan dan nilai dari daerah masing-masing. Kekhawatiran yang keudan muncul adalah adalnya sentiment primordial dan etnosentris. Misalnya mahasiswayang berasal dari Medan (suku Batak) akan selalu berkras pada pendirian dan sikap yang menyebut dirinya sebagai orang yang tegas, berpendirian, dan kasar (kasar dalam artian tegas). Sedangkan Melayu dikatakan pemalu, relijius, dan merasa lebih bisa diterima di mana pun berada. Sedangkan Jawa, akibat pengaruh orde baru, menganggap dirinya paling maju dari daerah lain. Sehingga ketika berhubungan dengan orang luar Jawa, maka stigma yang terbentuk adalah stigma negatif seperti malas, kasar, dan pemberontak.

Akulturasi Budaya

Akulturasi merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang berarti proses pengambil alihan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah kelompok atau individu. Adalah suatu hal yang menarik ketika melihat dan mengamati proses akulturasi tersebut sehingga nantinya secara evolusi menjadi Asimilasi (meleburnya dua kebudayaan atau lebih, sehingga menjadi satu kebudayaan). Menariknya dalam melihat dan mengamati proses akulturasi dikarenakan adanya Deviasi Sosiopatik seperti mental disorder yang menyertainya. Hal tersebut dirasa sangat didukung faktor kebutuhan, motivasi dan lingkungan yang menyebabkan seseorang bertingkah laku.
 
Hal seperti diatas dumpamakan dengan orang Indonesia (Timur, umumnya berasal dari kelas bawah) yang sedang beralkuturasi dengan jalan memakai sepeda motor buatan bangsa Jepang. Jadi disini, Akulturasi ditandai dengan seorang individu yang mengambil alih unsur budaya Jepang seperti mesin kendaraan bermotor dengan merk Yamaha. Saat orang Timur tersebut (ras Malayan) mulai beradaptasi dengan kendaraan bermotor Yamaha buatan ‘Urang Jopang’ tersebut maka secara fisik ‘Reference Group’nya tentu orang-orang yang menjadi bintang iklan dari produk kendaraan bermotor Yamaha tersebut yang sering ditayangkan di media-media komunikasi seperti koran, majalah dan Televisi. Secara kejiwaan diasumsikan dia akan mempunyai pemikiran bahwa statusnya menjadi lebih tinggi ketika memakai kendaraan bermotor tersebut dan merasa sudah menjadi orang modern serta secara sosial akan mencari individu lain yang sama dengannya, dalam artian sejenis dengan motor yang dimilikinya. Jadi disini, keinginan untuk membentuk sebuah ‘Gemeinschaft’ dengan patokan motor Yamaha akan timbul. Secara kekutan egonya, id nya yang sudah berkata bahwa dirinya sudah berstatus orang modern dan kelihatan keren sehingga dia cenderung membuat gap dengan orang lain (anti sosial) dan super egonya mungkin menyuruhnya untuk berperilaku meninggalkan ciri-ciri ketimuran (sebagaimana dia orang Indonesia) dan cenderung mengindentifikasikan dirinya sebagai seorang Jepang sehingga egonya akan cenderung berperilaku seperti orang Jepang yang umumnya mempunyai pengetahuan tentang moral orang Indonesia sebagai orang yang ‘lemah’ karena tidak bertanggung jawab, kurang memiliki loyalitas kepada yang memberi tugas dan tidak disiplin.

Cara adaptasi diatas bila tidak dengan konformitas dengan daerah dan kebudayaan Indonesia sendiri akan menimbulkan konflik, anomi maupun mental disorder tersendiri yang bila tiada nilai keimanan maka akan cendrung menjadi Deviant dengan segala tindakan Deviasinya. Kalaupun dipaksakan dalam hal adaptasinya sehingga menjadi inovasi maka akan menimbulkan mental disorder yang bila dihubungkan dengan mengendarai kendaraan bermotor akan terjadi kecelakaan seperti tabrakan (karena faktor kebutuhan, motivasi dan lingkungan ataupun karena keinginan bunuh diri yang disebabkan sakit jiwa, ras dan imitasi a la Emile Durkheim) yang banyak dijumpai kasusnya di daerah-daerah Indonesia seiring dengan rakyat Indonesia yang sedang berakuturasi dengan kendaraan bermotor buatan luar negeri.

Contoh Akulturasi Budaya :
Kelompok Manusia dengan Kebudayaan A > Kebudayaan B > “B” diterima “A” belum hilang
model of intercultural (Samovar)
Image Hosted by ImageShack.us
C Terkontambinasi antara percampuran SOLO dan ARAB, sehingga ia berakulturasi.
  • Kebudayaan “B” : bermanfaat, mudah dipakai, sesuai lingkungan
  • akulturasi terjadi pada generasi muda
  • proses akulturasi : proses adaptasi, kalo tidak terjadi maka akan mengalami culture shock!

Culture Shock (Gegar Budaya)

Gegar budaya seperti yang sering terjadi diberbagai kota maupun dipedalaman, menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan tentang budaya etnis, kelompok usia, kelompok agama maupun kelompok tradisi tertentu ditanah air. Dalam satu RW terjadi pertikaian antar RT, antar gang, antar pendukung sekte keagamaan bahkan antar pendukung partai. Ironis memang, namun itulah naluri dasar manusia yang paling primitif selalu timbul bila terjadi perbedaan kepentingan ( pribadi, kelompok maupun ajaran tertentu ). Berikut ini faktor-faktor penyebab terjadinya gegar budaya.

Antropolog Cylde Khuckpohn memperingatkan kita bahwa setiap jalan kehidupan yang berbeda, memiliki asumsi tentang tujuan keberadaan manusia, tentang apa yang diharapkan dari orang lain dan dari Tuhan, tentang apa yang menjadi kejayaan dan kegagalan. Aspek budaya terbuka ( overt ) dan tertutup ( covert ) menunjukkan bahwa banyak kegiatan sehari-hari kita dipengaruhi oleh pola dan tema yang asal ( genuine ) dan maknanya kurang kita sadari. Kelakuan (behavior) dipengaruhi oleh budaya itu memudahkan kebiasaan ( habits ) hidup sehari-hari, sehingga seseorang melakukan banyak perbuatan ( terutama yang aneh, menyimpang dan fatal ) tanpa memikirkan akibat dari perilakunya tersebut. Terjadilah pelaziman budaya ( cultural conditioning ) itu memberikan kebebasan untuk secara sadar memikirkan usaha baru ( inovasi ) yang kreatif. Ekses kebebasan tanpa sadar membuat kelakuan kita dapat menggerakkan timbulnya masalah nasional, seperti rasisme ( etnosentrisme dibeberapa daerah ), yang akibatnya berdampak global. Untuk penyelesaian masalah ini diperlukan peraturan perundang-undangan dan reedukasi dalam upaya menciptakan suasana aman, tenteram, adil, berkepastian hukum bagi seluruh warga.

Dalam budaya multietnis, multi agama, multi dimensional seperti di kota Medan khususnya, terdapat budaya dominan yang sama. Namun juga terdapat subkultur dengan cirri-ciri yang dapat memisahkan dan membedakannya dari sub kelompok lainnya.

Klarifikasi subkultur ini didasarkan kepada : Usia, kelas sosial, jenis kelamin, ras atau etnis lain yang membedakan mikrokultur yang satu dengan mikrokultur yang lainnya. Perbedaan itu bisa didasarkan atas usia, pekerjaan ( pegawai kantor, buruh perkebunan, pabrik dll ), polisi, tentara, mahasiswa, mungkin juga kelompok dunia bawah tanah ( gay, homo seksual, pengguna narkoba, premanisme dll ).

Unsur-unsur universal dan keaneka ragaman budaya (universals and cultural diversity) juga menjadi penyebab timbulnya gegar budaya, manakala aktivitas tertentu secara lintas budaya yang bersifat unik oleh masyarakat tertentu tidak dapat diterima oleh kelompok masyarakat lainnya. Hubungan erat antara budaya dan perilaku manusia ini dikomentari oleh Leislie White sebagai suatu penjelasan mengenai perbedaan budaya diantara bangsa itu bersifat kaku, tidak imajinatif dan tidak lazim, kita bisa memandang perilaku ini sebagai perbedaan dalam tradisi budaya yang menggairahkan pendukungnya masing-masing.

Penyebab gegar budaya lainnya adalah perilaku rasional, irasional dan non rasional. Perilaku rasional dalam suatu budaya didasarkan atas apa yang dianggap masuk akal oleh suatu kelompok dalam mencapai tujuan –tujuan atau kepentingannya. Perilaku irasional menyimpang dari norma-norma menyimpang yang diterima suatu kelompok masyarakat ( etnis, agama, partai, OKP dll ). Kelompok budaya yang berperilaku irasional biasanya bertindak tanpa logika dan dimungkinkan sebagian besar oleh suatu respons emosional, sedangkan perilaku nonrasional tidak berdasarkan logika, dan tidak bertentangan dengan pertimbangan masuk akal, semata-mata dipengaruhi oleh budaya atau subkultur seseorang. Berbagai peristiwa seperti Sambas, Sampit, Poso, Ambon, Aceh Banyuangi bisa dikategorikan kedalam jenis ini, suatu ketika kita sadar mengapa melakukan perilaku ini, dan para individu yang terlibat juga kadang tidak sadar dan percaya mengapa melakukan. Bahkan mungkin dipengaruhi oleh prasangka yang berat sebelah memandang perbedaan kultur. Bahkan pertentangan politik dapat dibawa ke lembaga mental psikologis, karena perilaku mereka sering dianggap irasional ataupun non rasional. ( contoh PKB, Golkar, Muhammadyah di Jatim ).

Faktor penting lainnya pemicu gegar budaya, manakala kita tidak memahaminya adalah TRADISI. Tradisi melengkapi masyarakat dengan suatu tatanan mental yang berpengaruh kuat atas sistem moral untuk menilai apa yang dianggap benar atau salah, baik atau buruk, menyenangkan atau tidak menyenangkan. Suatu budaya diekspresikan dalam tradisi, tradisi yang memberikan para anggotanya suatu rasa memiliki dalam suatu keunikan budaya. Tradisi juga dimiliki oleh suatu organisasi sipil, militer, agama dan suatu kelompok masyarakat ( perhatikan ucapara keprotokolan mereka ! ). 

Tradisi walaupun merupakan norma dan prosedur yang harus ditaati bersama, juga harus menyesuaikan dengan perkembangan jaman, pengetahuan dan teknologi menuju terciptanya budaya global.
Perbedaan-perbedaan budaya dengan segala keunikannya, merupakan pemicu “ benturan budaya “, bila manager kosmopolitan yang multicultural tidak mampu mencermati perobahan jaman. Mereka harus mampu menghargai dan mampu berkomunikasi dengan kelompok budaya yang ada dalam wewenang manajerialnya. Tidak memaksakan sikap-sikap ( attitudes ) dan pendekatan-pendekatan budaya yang dimilikinya terhadap orang lain. Sikap menghargai budaya oranglain yang beda merupakan syarat kepemimpinan multi budaya dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia sikap ini mutlak dimiliki bila tidak ingin disebut Pemimpin Etnosentrisme.

Cara Menghadapi Hambatan Komunikasi Antarbudaya

Seseorang dapat dikatakan sukses sebagai manager bisnis internasional budaya, apabila ia mempunyai kemampuan untuk merefleksikan seberapa besar kesungguhannya dalam aspek di bawah ini :

1. Social Competence : Kemampuan untuk membuat jaringan sosial, pandai bergaul dan banyak temannya
2. Openness to other ways of thinking : keterbukaan untuk menerima pikiran yang berbeda dari dirinya
3. Cultural Adaptation :Kemampuan seseorang menerima budaya baru
4. Professional Excellence : Mempunyai kemampuan yang handal dalam bidang tertentu
5. Language Skill : Kemampuan mempelajari bahasa asing dengan tepat
6. Flexibility : Kemampuan dalam penyesuaian diri sesuai dengan tuntutan keadaan
7. Ability to work in team : kemampuan dalam mengelola dan bekerjasama dalam satu tim
8. Self Reliance or independence : percaya diri dan mandiri
9. Mobility : Lincah dan wawasannya luas
10. Ability to deal with stress : mempunyai kemampuan untuk mengatasi stress
11. Adaptability of the family : keluarganya pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
12. Patience : Ulet dan sabar
13. Sesivity : Peka terhadap sesuatu yang baru

Pengertian Psikologi Komunikasi

Komunikasi sangat esensial untuk pertumbuhan kepribadian manusia. Kurangnya komunikasi akan menghambat perkembangan kepribadian. Komunikasi amat erat kaitannya dengan perilaku dan pengalaman kesadaran manusia.
Dalam sejarah perkembangannya komunikasi memang dibesaran oleh para peneliti psikologi. Bapak Ilmu Komunikasi yang disebut Wilbur Schramm adalah sarjana psikologi. Kurt Lewin adalah ahli psikologi dinamika kelompok. Komunikasi bukan subdisiplin dari psikologi. Sebagai ilmu, komunikasi dipelajari bermacam-macam disiplin ilmu, antara lain sosiologi dan psikologi.
Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi
Hovland, Janis, dan Kelly, semuanya psikolog, mendefinisikan komunikasi sebagai ”the process by which an individual (the communicator) transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of other individuals (the audience). Dance mengartikan komunikasi dalam kerangka psikologi behaviorisme sebagai usaha “menimbulkan respon melalui lambang-lambang verbal.”
Kamus psikologi, menyebutkan enam pengertian komunikasi.
  1. Penyampaian perubahan energi dari satu tempat ke tempat yang lain seperti dalam sistem saraf atau penyampaian gelombang-gelombang suara.
  2. Penyampaian atau penerimaan sinyal atau pesan oleh organisme.
  3. Pesan yang disampaikan
  4. (Teori Komunikasi) Proses yang dilakukan satu sistem yang lain melalui pengaturan sinyal-sinyal yang disampaikan.
  5. (K.Lewin) Pengaruh suatu wilayah persona pada wilayah persona yang lain sehingga perubahan dalam satu wilayah menimbulkan peribahan yang berkaitan pada wilayah lain.
  6. Pesan pasien kepada pemberi terapi dalam psikoterapi.
Psikologi mencoba menganalisa seluruh komponen yang terlibat dalam proses komunikasi. Pada diri komunikasi, psikologi memberikan karakteristik manusia komunikan serta faktor-faktor internal maupun eksternal yang memengaruhi perilaku komunikasinya. Pada komunikator, psikologi melacak sifat-sifatnya dan bertanya : Apa yang menyebabkan satu sumber komunikasi berhasil dalam memengaruhi orang lain, sementara sumber komunikasi yang lain tidak? 

Psikologi juga tertarik pada komunikasi diantara individu : bagaimana pesan dari seorang individu menjadi stimulus yang menimbulkan respon pada individu lainnya. Komunikasi boleh ditujukan untuk memberikan informasi, menghibur, atau memengaruhi. Persuasif sendiri dapat didefinisikan sebagai proses mempengaruhi dan mengendalikan perilaku orang lain melalui pendekatan psikologis.

Ciri Pendekatan Psikologi Komunikasi
Komunikasi begitu esensial dalam masyarakat manusia sehingga setiap orang yang belajar tentang manusia mesti sesekali waktu menolehnya. Komunikasi telah ditelaah dari berbagai segi : antropologi, biologi, ekonomi, sosiologi, linguistik, psikologi, politik, matematik, enginereering, neurofisiologi, filsafat, dan sebagainya. Sosiologi mempelajari komunikasi dalam kontesks interkasi sosial, dalam mencapai tujuan-tujuan kelompok. Colon Cherry (1964) mendefinisikan komunikasi sebagai, ”usaha untuk membuat suatu satuan sosial dari individu dengan menggunakan bahasa atau tanda. Memiliki bersama serangkaian peraturan untuk berbagai kegiatan mencapai tujuan.”
 
Psikologi juga meneliti kesadaran dan pengalaman manusia. Psikologi tertama mengarahkan perhatiannya pada perilaku manusia dan mencoba menyimpulkan proses kesadaran yang menyababkan terjadinya perilaku manusia itu. Bila sosiologi melihat komunikasi pada interaksi sosial, filsafat pada hubungan manusia dengan realitas lainnya, psikologi pada perilaku individu komunikan.
 
Fisher menyebut 4 ciri pendekatan psikologi pada komunikasi : Penerimaan stimuli secara indrawi (sensory reception of stimuli), proses yang mengantarai stimuli dan respon (internal meditation of stimuli), prediksi respon (prediction of response),dan peneguhan respon (reinforcement of responses). Psikologi komunikasi juga melihat bagaimana respon yang terjadi pada masa lalu dapat meramalkan respon yang terjadi pada masa yang akan datang. 

George A.Miller membuat definisi psikologi yang mencakup semuanya : Psychology is the science that attempts to describe, predict, and control mental and behavioral event. Dengan demikian, psikologi komunikasi adalah imu yang berusaha menguraikan, meramalkan, dan mengendalikan persistiwa mental dan behavioral dalam komunikasi. Peristiwa mental adalah ”internal meditation of stimuli”, sebagai akibat berlangsungya komunikasi.
Komunikasi adalah peristiwa sosial – peristiwa yang terjadi ketika manusa berinteraksi dengan manusia yang lain. Peristiwa sosial secara psikologis membawa kita pada psikologi sosial. Pendekatan psikologi sosial adalah juga pendekatan psikologi komunikasi.
 
Penggunaan Psikologi Komunikasi
Tanda-tanda komunikasi efektif menimbulkan lima hal :
  1. Pengertian : Penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator
  2. Kesenangan : Komunikasi fatis (phatic communication), dimaksudkan menimbulkan kesenangan. Komunikasi inilah yang menjadikan hubungan kita hangat, akrab, dan menyenangkan.
  3. Mempengaruhi sikap : Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang faktor-faktor pada diri komunikator, dan pesan menimbulkan efek pada komunikate. Persuasi didefiniksikan sebagai ”proses mempengaruhi pendapat, sikap, dan tindakan dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.
  4. Hubungan sosial yang baik : manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri. Kita ingin berhubungan dengan orang lain secara positif. Abraham Maslow menyebutnya dengan ”kebutuhan akan cinta” atau ”belongingness”. William Schutz merinci kebuthan dalam tiga hal : kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang memuaskan dengar orang lain dalam hal interaksi dan asosiasi (inclusion), pengendalian dan kekuasaan (control), cinta serta rasa kasih sayang (affection).
  5. Tindakan : Persuasi juga ditujukan untuk melahirkan tindakan yang dihendaki. Menimbukan tindakan nyata memang indikator efektivitas yang paling penting. Karena untuk menimbulkan tidakan, kita harus berhasil lebih dulu menanamkan pengertian, membentuk dan menguhan sikap, atau menumbukan hubungan yang baik.

4 Kepribadian Manusia Menurut Florence Littauer

Menurut Florence Littauer dalam bukunya yang berjudul Personality Plus (world’s best seller) doi mengatakan ada 4 kepribadian manusia. Apa aja itu? Wait, sebelum lw memperlajari lebih lanjut ada beberapa hal yang perlu gw sampaikan. Manusia pada dasarnya memiliki ke4 kepribadian itu, hanya saja maksimal 2 yang dominan. Manusia hidup dengan kombinasi keempatnya, tapi hanya ada satu atau dua yang dominan. Keempat karakter itu mempunyai kelebihan dan kekurangan masing2, tidak ada yang lebih hebat atau paling hebat. Keempatnya harus saling mengisi entah dalam pribadi internal seseorang ataupun dalam hidup antar pribadi di masyarakat. Can’t wait to see huh? Here it goes!

1. Sanguinis (si popular. Si matahari keceriaan. Born to coloring the world)
Ciri-ciri:
1. Suka dan pandai bicara, bercerita, bercanda
2. Menghidupkan suasana
3. Sangat menarik, atraktif, dan suka memukau pendengar (orang yang di ajak bicara)
4. Antusias dan ekspresif
5. Penuh rasa ingin tahu (kepo)
6. Kreatif dan inovatif
7. Mengilhami dan mempesona orang lain
8. Menyukai permainan, dan bersenang2. Selamanya akan menjadi anak2
9. Selebor, slordig, kurang terorganisir, kurang serius
10. Mereka yang disebut si eksis, si kocak, si biang keramaian

Dunia menjadi ceria berkat si sanguinis. Sanguinis adalah orang perlu dicari ketika lw butuh suasana ceria, dan teman untuk bersenang-senang. Selalu ceria, periang, antusias, ekspresif, ga bisa diem, aktif dan dinamis. Sanguinis adalah si populer. Dialah yang selalu beredar dan menonjol saat acara dan pesta. Selalu berbicara, bercerita, bercanda, menarik perhatian pendengarnya. Namun sayangnya sanguinis, adalah orang yang sangat selebor, kurang terorganisir, berantakan. Ini disebabkan karena mereka hidup untuk keceriaan dan bersenang-senang, dan hal-hal yang serius adalah hal yang tidak mereka sukai. Selain itu mereka kurang bisa mengerem pembicaraan, sekali ngomong harus banyak. Pekerjaan bagi orang yang dominan berkepribadian ini adalah orang yang lebih banyak membutuhkan bicara saat kerja, seperti PR, MC, Marketing, Distributor, Jubir, Bussiness Consultant, pelawak, artis, entertainer, dll. Gw bukannya mau bilang lapangan pekerjaan sanguinis hanya dan harus itu, nggak, cuma gw berani jamin, sanguinis akan sangat betah bekerja di iklim pekerjaan seperti itu, karena mereka bekerja di bidang dan keahliannya. Coba mereka disuruh kerja jadi teknisi nuklir yang membutuhkan konsentrasi, keheningan, dan analisis yang mendalam, gw yakin ga nyampe sebulan, mencret2 darah si sanguinis itu, ga betah coy! Orang-orang sanguinis dunia antara lain : Tukul Arwana, Indra Bekti, Paris Hilton

2. Melankolis (si pemikir dan perasa, terorganisir. Born Genius)
Ciri-ciri:
1. Berpikir mendalam, penuh, pikiran dan analitis
2. Rapi dalam segala hal dan terorganisir
3. Jenius dan intelek
4. Berbakat dan kreatif
5. Terperinci, logis, sistematis dan menyukai detail
6. Bercitarasa tinggi, perfeksionis
7. Realistis cenderung pesimistis
8. Terlahir untuk skeptis, kritis, dan pesimistis
9. Sensitif dan perasa
10. Mereka yang sering disebut Si geek, eksentrik, autis dan freak

Betapa dunia ini memerlukan melankolis. Hidup menjadi lebih teratur, dan terorganisir, karena mereka sangat rapi, dan sangat memperhatikan detail. Hidup menjadi lebih indah berkat taste dan cita rasa seornag melankolis. Orang-orang melankolis adalah eksentrik dan mengklaim diri paling beda dari orang lain. Selain itu pemikiran2 dan analisis yang mendalam sangat diperlukan untuk inovasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan pemikiran dunia. Orang-orang melanklois terlahir sebagai si pemikir, si jenius dalam berpikir dan merasa. Namun sayangnya, kelebihan melankolis adalah kekurangannya itu sendiri. Kemampuannya untuk berpikir dengan mendalam membuat mereka asyik sendiri dengan dunia mereka. Selain itu melankolis memikirkan segala sesuatu dengan sangat mendalam sehingga sangat sering curigaan, skeptic, pesimis, dan sensitive. Pemikiran dan perasaan yang mendalam juga merupakan boomerang bagi mereka, contohnya ketika mereka sakit hati mereka akan terus2an termenung, bersedih, merasakan kepedihan mendalam yang berkepanjangan. Pekerjaan untuk si dominan melankolis adalah pekerjaan yang membutuhkan pemikiran dan konsentrasi mendalam, menyukai kerapian, detail dan terorganisir seperti : Ilmuan, dokter, arsitek, ahli laboratorium, seniman, ahli statistic dan survey, dll. Orang-orang melankolis dunia : Thomas Alfa Edison, Beethoven, Billy Joe Amstrong, Chairil Anwar, Leonardo da Vinci

3. Koleris (si pemimpin, suka mengontrol. Born Leader)
Ciri-ciri:
1. Dilahirkan sebagai pemimpin
2. Kompetitif, ga mau kalah
3. Menyukai keadaan dalam kontrolnya
4. Berorientasi pada tujuan
5. Kuat sendirian, tidak terlalu butuh teman
6. Merasa diri selalu benar
7. Kalo uda bilang “A” ya “A”, ga bakal bisa berubah jadi “B” atau “C”. Keras kepala, kukuh pada pendirian dan prinip
8. Dingin, cool, karena menunjukkan emosi dianggap kelemahan. Suatu yang haram bagi koleris yang kuat
9. Kalo uda pengin sesuatu dikejar terus mati2an
10. Mereka yang disebut : si boss, si ketua


Alangkah dunia ini memerlukan koleris. Masyarakat dunia perlu bimbingan, dan munculah para koleris ini untuk mengontrol keadaan dan memimpin mereka. Bayangkan apabila dunia ini tanpa koleris (pemimpin), dunia ini bergerak tanpa arah dan tujuan. Hanya ada pelawak (sanguine) dan si cengeng (melankolis) gimana mau maju? Itulah peran koleris di dunia. Seorang koleris hanya perlu dibatasi kewenangannya, karena koleris yang sangat terlalu dominan akan sewenang2 dan seenaknya sendiri. Selain itu koleris juga perlu waktu untuk bersantai, karena mereka adalah para workaholic. Mengapa bisa demikian? Karena hasrat dan keinginan mereka untuk HARUS mendapat apa yang mereka mau dan tujuan mereka merupakan kekuatan untuk terus bekerja tanpa kenal waktu. Para koleris juga perlu untuk sedikit kendur, dan belajar untuk fleksibel, karena mereka adalah orang2 yang keras kepala dan prinsipil. Hampir semua pekerjaan koleris bisa lakukan, karena mereka punya keinginan untuk mengontrol dan menguasai profesinya, mereka juga tidak menyukai ketidakmampuan melakukan sesuatu. Namun koleris yang dominan sangat cocok untuk menjadi politisi, polisi, presiden, pasukan densus 88 dll. Orang-orang koleris dunia : Soekarno, Hittler, Alex Ferguson

4. Phlegmatis (si pencinta kedamaian, si penyabar, si jiwa sosial. Born to patient, listen to people and make peace in the world)
Ciri-ciri:
1. Fleksibel dan sangat nyantai dan rileks
2. Menghindari untuk menyakiti hati orang
3. Cenderung mengalah untuk menghindari konflik
4. Seorang pendengar yang baik, sabar banget
5. Peragu
6. Orang yang cenderung mau ketika disuruh karena mereka berasumsi menolak akan menimbulkan konflik, orang yang sering ngomong, "ya uda deh", "yaudalah gpp".
7. Seorang mediator atau penengah masalah yang baik
8. Cinta banget kedamaian dan ketenangan hidup. Hidup ga usah ribet dan neko2, nyatai aja
9. Kurang motivasi, enggan meninggalkan zona nyaman
10. Mereka yang disebut : si tong curhat, kebapakan atau keibuan, sabar banget, si nyantai dan males2an


Phlegmatis adalah mereka yang harus lw cari ketika lw butuh seseorang untuk diajak curhat. Apapun yang lw katakan, maul w bentak, lw hina, mereka akan diam dan menerimanya. Tujuan utama phlegmatic adalah hidup dalam kedamaian dan ketenangan. Menurut mereka hidup itu rileks, nikmatin aja, ga usah neko2 gitulah. Mau di ajak kemana2 slow, “gw pasti ikut! Nyantai aja, have fun kita!”. Sangat mudah terpengaruh bujukan, karena mereka cenderung menghindari konflik. Padahal mereka belum tentu menyukai dan sepaham dengan ajakan itu. Namun mereka sejatinya adalah orang2 yang memiliki jiwa sosial tinggi. Mengapa? Karena hidup mereka ga terlalu mengejar tujuan dan ambisi (materi), jadi memberi untuk orang merupakan dorongan hidup mereka. Selain itu phlegmatic adalah seorang mediator konflik antara 2 belah pihak. Mengapa? Karena seorang phlegmatis mau dan mampu mendengarkan keluh kesah orang dengan dingin dan tenang. Sayang orang phlegmatis adalah orang2 yang miskin motivasi. Hidup mereka nyatai abis. Orang yang dominan phlegmatis cocok di lapangan kerja sosial seperti: suster, psikolog, dll. Orang phlegmatic dunia: tokoh mpok sapa ya...aduh lupa gw, yang di serial bajaj bajuri (yang selalu minta maaf itu loh! Hehehe), Bunda Theresa

Well itu sekian tentang 4 kepribadian manusia dari Florence Littauer. Eumm….tentang 16 kepribadian dari Paula Tieger, kayaknya mesti gw undur di postingan berikutnya ya, soalnya yang ini aja uda panjang banget, ntar lw pada males lagi bacanya. hehehe

Oh iya, terus terang gw bukanlah expert dalam bidang ini, gw bukan ahli psikolog. Tapi kalo mau nanya2 dikit ma gw bolehlah. Hehehe. For more info bisa lw cari di buku “Personality Plus” dikarang Florence Littauer. Bisa juga minjem gw, tapi lw fotokopi dulu ya! Hehehe. Makasih uda berkunjung, smoga bermanfaat. See u in the next post! Hehehe

Pengelolaan Kesan (Impression Management)

Kecermatan persepsi interpersonal dimudahkan oleh petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal, dan dipersulit oleh factor-faktor personal penangkap. Kesulitan persepsi juga timbul karena persona stimuli berusaha menampilkan petunjuk-petunjuk tertentu untuk menimbulkan kesan tertentu pada diri penangkap. Erving Goffman menyebut proses ini pengelolaan kesan (Impression management).
Peralatan lengkap yang kita gunakan untuk menampilkan diri ini disebut front. Front terdiri dari panggung (setting), penampilan (appearance), dan gaya bertingkah laku (manner). Panggung adalah rangkaian peralatan ruang dan benda yang kita gunakan. Penampilan berarti menggunakan petunjuk artifaktual. Gaya bertingkah laku menunjukkan cara kita berjalan, duduk, berbicara, memandang, dan sebagainya.
Pengaruh Persepsi Interpersonal Pada Komunikasi Interpersonal
Perilaku kita dalam komunikasi interpersonal amat bergantung pada persepsi interpersonal. Karena perspsi yang keliru, seringkali terjadi kegagalan dalam komunikasi. Kegagalan komunikasi dapat diperbaiki bila orang menyadari bahwa persepsinya mungkin salah. Komunikasi interpersonal kita akan menjadi lebih baik bila kita mengetahui bahwa persepsi kita bersifat subjektif dan cenderung keliru. Kita jarang meneliti kembali persepsi kita. Akibat lain dari persepsi kita yang tidak cermat ialah mendistorsi pesan yang tidak sesuai dengan persepsi kita. Persepsi kita tentang orang lain cenderung stabil, sedangkan persepsi stimuli adalah manusia yang selalu berubah. Adanya kesenjangan antara persepsi dengan realitas sebenarnya mengakibatkan bukan saja perhatian selektif, tetapi juga penafsiran pesan yang keliru. Wallahu A’lam.

Proses Pembentukan Kesan

Stereotyping
Seorang guru ketika menghadapi murid-muridnya yang bermacam-macam, ia akan mengelompokkan mereka pada konsep-konsep tertentu; cerdas, bodoh, cantik, jelek, rajin, atau malas. Penggunaan konsep ini menyederhanakan bergitu banyak stimuli yang diterimanya. Tetapi, begitu anak-anak ini diberi kategori cerdas, persepsi guru terhadapnya akan konsisten. Semua sifat anak cerdas akan dikenakan kepada mereka. Inilah yang disebut stereotyping.
Stereotyping ini juga menjalaskan terjadinya primacy effect dan halo effect yang sudah kita jelaskan dimuka. Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama amat menentukan; karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu pula, halo effect. Persona stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik.
Implicit Personality Theory
Memberikan kategori berarti membuat konsep. Konsep “makanan” mengelompokkan donat, pisang, nasi, dan biscuit dalam kategori yang sama. Konsep “bersahabat” meliputi konsep-konsep raman, suka menolong, toleran, tidak mencemooh dan sebagainya. Disini kita mempunya asumsi bahwa orang ramah pasti suka menolong, toleran, dan tidak akan mencemooh kita. Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa yang berkaitan dengan sifat-sifat apa. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membuat kesan tentang orang lain. Teori ini tidak pernah dinyatakan, kerena itu disebut implicit personality theory. Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua psikolog, amatir, lengkap dengan berbagi teori kepribadian. Suatu hari anda menemukan pembantu anda sedang bersembahyang, anda menduga ia pasti jujur, saleh, bermoral tinggi. Teori anda belum tentu benar, sebab ada pengunjung masjid atau gereja yang tidak saleh dan tidak bermoral.
Atibusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne, 1979:56). Atribusi boleh juga ditujukan pada diri sendiri (self attribution), tetapi di sini kita hanya membicarakan atribusi pada orang lain. Atribusi merupakan masalah yang cukup poupuler pada dasawarsa terakhir di kalangan psikologi sosial, dan agak menggeser fokus pembentukan dan perubahan sikap. Secar garis besar ada dua macam atribusi: atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran.
Fritz Heider (1958) adalah yang pertama menelaah atribusi kausalitas. Menurut Heider, bila kita mengamati perilaku sosial, pertama-tama kita menentukan dahulu apa yang menyebabkannya; factor situasional atau personal; dalam teori atribusi lazim disebut kausalitas eksternal dan kausalitas internal (Jones dan Nisbett, 1972).
Bagaimana kita mengetahui bahwa perilaku orang lain disebabkan factor internal, dan bukan factor eksternal? Menurut Jones dan Nisbett, kita dapat memahami motif persona stimuli dengan memperhatikan dua hal. Pertama, kita memfokuskan perhatian pada perilaku yang hanya memungkinkan satu atau sedikit penyebab. Kedua, kita memusatkan perhatian pada perilaku yang menyimpang dari pola perilaku yang biasa.
Menurut teori atribusi dari Harold Kelly (1972), kita menyimpulkan kausalitas internal atau eksternal dengan memperhatikan tiga hal: konsensus, -apakah orang lain bertindak sama seperti penanggap; konsistensi – apakah penanggap bertindak yang sama pada situasi lain; dan kekhasan (distinctiveness) –apakah orang itu bertindak yang sama pada situasi lain, atau hanya pada situasi ini saja. Menurut teori Kelly, bila ketiga hal itu sangat tinggi, orang akan melakukan atribusi kausalitas eksternal.
Sekarang bagaimana kita dapat menyimpulkan bahwa persona stimuli jujur atau munafik (atribusi kejujuran-attribution of honesty)? Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne (1979:70-71), kita akan memperhatikan dua hal: (1) sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat yang popular dan diterima orang, (2) sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari kita dengan pernyataan itu.

Pengaruh Faktor-faktor Personal pada Persepsi Interpersonal

Persepsi interpersonal besar pengaruhnya bukan saja pada komunikasi interpersonal, tetapi juga pada hubungan interpersonal. Karena itu,keceramatan persepsi interpersonal akan sangat berguna untuk meningkatkan kualitas komunikasi interpersonal kita. Beberapa cirri-ciri khusus penanggap yang ceramat adalah :
Pengalaman
Pengalaman mempengaruhi kecermatan persepsi. Pengalaman tidak selalu lewat proses belajar formal. Pengalaman kita bertambah juga melalui rangkaian peristiwa yang pernah kita hadapi. Inilah yang menyebabkan seorang ibu segera melihat hal yang tidak beres pada wajah anaknya atau pada petunjuk kinesik lainnya. Ibu lebih berpengalaman mempersepsi anaknya daripada bapak. Ini juga sebabnya mengapa kita lebih sukar berdusta di depan orang yang paling dekat dengan kita.
Motivasi
Proses konstruktif yang banyak mewarnai persepsi interpersonal juga sangat banyak melibatkan unsur-unsur motivasi.
Kepribadian
Dalam psikoanalisis dikenal proyeksi, sebagai salah satu cara pertahanan ego. Proyeksi adalah mengeksternalisasikan pengalaman subjektif secara tidak sadar. Orang melempar perasaan bersalahnya pada orang lain. Maling teriak maling adalah contoh tipikal dari proyeksi. Pada persepsi interpersonal, orang mengenakan pada orang lain sifat-sifat yang ada pada dirinya, yang tidak disenanginya. Sudah jelas, orang yang banyak melakukan proyeksi akan tidak cermat menanggapi persona stimuli, bahkan mengaburkan gambaran sebenarnya. Sebaliknya, orang yang menerima dirinya apa adanya, orang yang tidak dibebani perasaan bersalah, cenderung menafsirkan orang lain lebih cermat. Begitu pula orang yang tenang, mudah bergaul dan ramah cenderung memberikan penilaian posoitif pada orang lain. Ini disebut leniency effect (Basson dan Maslow, 1957).
Bial petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal membantu kita melakukan persepsi yang cermat, beberapa factor personal ternyata mempersulitnya. Persepsi interpersonal menjadi lebih sulit lagi, karena persona stimuli bukanlah benda mati yang tidak sadar. Menusia secara sadar berusaha menampilkan dirinya kepada orang lain sebaik mungkin. Inilah yang disebut dengan Erving Goffman sebagai self-presentation (penyajian diri).

Pengaruh Faktor-faktor Situasional pada Persepsi Interpersonal

Deskripsi Verbal
Menurut eksperimen Solomon E. Asch, bahwa kata yang disebutkan pertama akan mengarahkan penilaian selanjutnya. Pengaruh kata pertama ini kemudian terkenal sebagai primacy effect. Menurut teori Asch, ada kata-kata tertentu yang mengarahkan seluruh penilaian kita tentang orang lain. Jika kata tersebut berada ditengah rangkaian kata maka disebut central organizing trait.
Walaupun teori Asch ini menarik untuk melukiskan bagaiana cara orang menyampaikan berita tentang orang lain mempengaruhi persepsi kita tentang orang itu, dalam kenyataan kita jarang melakukannya. Jarang kita melukiskan orang dengan menyebut rangkaian kata sifat. Kita biasanya mulai pada central trait, menjelaskan sifat itu secara terperinci, baru melanjutkan pada sifat-sifat yang lain.
Petunjuk Proksemik
Proksemik adalah studi tentang penggunaan jarak daam menyamaikan pesan; istilah ini dilahirkan oleh antroplog intercultural Eward T. Hall. Hall membagi jarak kedalam empat corak; jarak public, jarak sosial, jarak personal, dan jarak akrab. Jarak yang dibuat individu dalam hubungannya dengan orang lain menunjukkan tingkat keakraban di antara mereka. Betulkah kita pun mempersepsi orang lain dengan melihat jaraknya dengan kita? Bagaimana penanggap mentimpulkan sesuatu dari jarak interpersonal?
Pertama, seperti Edward T. Hall, kita juga menyimpulkan keakraban seorang dengan orang lain dari jarak mereka, seperti yang kita amati. Kedua, erat kaitannya dengan yang pertama, kira menangapi sifat orang lain dari cara orang itu membuat jarak dengan kita. Ketiga, caranya orang mengatur ruang mempengaruhi persepsi kita tentang orang itu.
Petunjuk Kinesik (Kinesic Cues)
Petunjuk kinesik adalah persepsi yang didasarkan kepada gerakan orang lain yang ditunjukkan kepada kita. Beberapa penelitian membuktikan bahwa persepsi yang cermat tentang sifat-sifat dari pengamatan petunjuk kinesik. Begitu pentingnya petunjuk kinesik, sehingga apabila petunjuk-petunjuk lalin (seperti ucapan) bertentangan dengan petunjuk kinesik, orang mempercayai yang terakhir. Mengapa? Karena petunjuk kinesik adalah yang paling sukar untuk dikendalikan secara sadar oleh orang yang menjadi stimuli (selanjutnya disebut persona stimuli-orang yang dipersepsi;lawan dari persona penanggap).
Petunjuk Wajah
Diantara berbagai petunjuk non verbal, petunjuk fasial adalah yang paling penting dalam mengenali perasaan persona stimuli. Ahli komunikasi non verbal, Dale G. Leather (1976:21), menulis; “Wajah sudah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Inilah alat yang sangat penting dalam menyampaikan makna. Dalam beberapa detik ungkapan wajah dapat menggerakkan kita ke puncak keputusan. Kita menelaah wajah rekan dan sahabat kita untuk perubahan-perubahan halus dan nuansa makna dan mereka,pada gilirannya, menelaah kita”.
Walaupun petunjuk fasial dapat mengungkapkan emosi, tidak semua orang mempersepsi emosi itu dengan cermat. Ada yang sangat sensitive pada wajah, ada yang tidak. Sekarang para ahli psikologi sosial sudah menemukan ukuran kecermatan persepsi wajah itu dengan tes yang disebut FMST-facial meaning sensitivity test (tes kepekaan makna wajah). Dengan tes ini, kepekaan kita menangkap emosi pada wajah orang lain dapat dinilai skornya.
Petunjuk Paralinguistik
Yang dimaksud paralinguistik ialah cara orang mengucapkan lambing-lambang verbal. Jadi, jika petunjuk verbal menunjukkan aoa yang diucapkan, petunjuk paralinguistik mencerminkan bagaimana mengucapkannya. Ini meliputi tinggi-rendahnya suara, tempo bicara, gaya verbal (dialek), dan interaksi (perilaku ketika melakukan komunikasi atau obrolan). Suara keras akan dipersepsi marah atau menunjukkan hal yang sangat penting. Tempo bicara yang lambat, ragu-ragu, dan tersendat-sendat, akan dipahami sebagai ungkapan rendah diri atau … kebodohan.
Dialek ug digunakan menentukan persepsi juga. Bila perilaku komunikasi (cara bicara) dapat memberikan petunjuk tentang kepribadian persona stimuli, suara mengungkapkan keadaan emosional.
Petunjuk Artifaktual
Petunjuk artifaktual meliputi segala macam penampilan (appearance) sejak potongan tubuh, kosmetik yang dipakai, baju, pangkat, badge, dan atribut-atribut lainnya. Bila kita mengetahui bahwa seseorang memiliki satu sifat (misalnya, cantik atau jelek), kita beranggapan bahwa ia memiliki sifat-sifat tertentu (misalnya,periang atau penyedih); ini disebut halo effect. Bila kita sudah menyenangi seseorang, maka kita cenderung melihat sifat-sifat baik pada orang itu dan sebaliknya.
Selain berbagai petunjuk diatas, petunjuk verbal juga mempunyai peran. Yang dimaksud dengan petunjuk verbal disini adalah isi komunikasi persona stimuli, bukan cara. Misalnya, orang yang menggunakan pilihan kata-kata yang tepat, mengorganisasikan pesan secara sistematis, mengungkapkan pikiran yang dalam dan komprehensif, akan menimbulkan kesan bahwa orang itu cerdas dan terpelajar.

Faktor-faktor Personal yang Mempengaruhi perilaku Manusia

FAKTOR-FAKTOR PERSONAL YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MANUSIA
Ada dua macam psikologi sosial.
  1. Psikologi sosial dengan huruf P besar
  2. psikologi sosial dengan huruf S besar
Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial. Atau dengan istilah lain faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal),dan faktor-faktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental).
McDougall menekankan pentingnya faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dalam membentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor personallah yang menentukan perilaku manusia.
Menurut Edward E. Sampson, terdapat perspektf yang berpusat pada persona dan perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang berpusat pada persona mempertanyakan faktor-faktor internal apakah, baik berupa instik, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia. Secara garis besar terdapat dua faktor.
  1. Faktor Biologis
Faktor biologis terlibat dalam seluruh kegiatan manusia, bahkan berpadu dengan faktor-faktor sosiopsikologis. Menurut Wilson, perilaku sosial dibimbing oleh aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetis dalam jiwa manusia. Pentingnya kita memperhatikan pengaruh biologis terhadap perilaku manusia seperti tampak dalam dua hal berikut.
    1. Telah diakui secara meluas adanya perilaku tertentu yang merupakan bawaan manusia, dan bukan perngaruh lingkungan atau situasi.
    2. diakui pula adanya faktor-faktor biologis yang mendorong perilaku manusia, yang lazim disebut sebagai motif biologis. Yang paling penting dari motif biologis adalah kebutuhan makan-minum dan istirahat, kebutuhan seksual, dan kebutuhan untuk melindungi diri dari bahaya.
  1. Faktor Sosiopsikologis
Kita dapat mengkalsifikasikannya ke dalam tiga komponen.
    1. Komponen Afektif
merupakan aspek emosional dari faktor sosiopsikologis, didahulukan karena erat kaitannya dengan pembicaraan sebelumnya.
    1. Komponen Kognitif
Aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.
    1. Komponen Konatif
Aspek volisional, yang berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak.
PERTANYAAN!!
Jelaskan tentang Perspektif yang berpusat pada situasi!
MOTIF SOSIOGENESIS
Motif sosiogenesis disebut juga dengan motif sekunder sebagai lawan motif primer (motif biologis). Berbagai klasifikasi motif sosiogenesis :
W.I Thomas dan Florian Znanieckci :
1. Keinginan memperoleh pengalaman baru
2. Keinginan untuk mendapatkan respons
3. Keinginan akan pengakuan
4. Keinginan akan rasa aman
David McClelland :
  1. Kebutuhann berprestasi (need for achievement)
  2. Kebutuhan akan kasih sayang (need for affiliation)
  3. Kebutuhan berkuasa (neef for power)
Abraham Maslow :
  1. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)
  2. Kebutuhan akan keterikatan dan cinta (belongingness and love needs)
  3. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)
  4. Kebutuhan untuk pemenuhan diri (self-actualization)
Melvin H.Marx :
  1. Kebuthan organismis :
    1. Motif ingin tahu (curiosity)
    2. Motif kompetensi (competence)
    3. Motif prestasi (achievement)
  2. Motif-motif sosial :
    1. Motif kasih sayang (affiliation)
    2. Motif kekuasaan (power)
    3. Motif kebebasan (independence)
Motif sosiogenesis dapat dijelaskan dibawah ini :
1. Motif ingin tahu : mengerti menata dan menduga. Setiap orang berusaha memahami dan memperoleh arti dari dunianya.
2. Motif kompetensi : setiap orang ingin membuktikan bahwa ia mampu mengatasi persoalan kehidupan apapun
3. Motif cinta : sanggup mencintai dan dicintai adalah hal esensial bagi pertumbuhan kepribadian.
4. Motif harga diri dan kebutuhan untuk mencari identitas : erat kaitannya dengan kebutuhan untuk memperlihatkan kemampuan dan memperoleh kasih sayang, ialah kebutuhan untuk menunjukan eksistensi di dunia ini.
5. kebutuhan akan nilai, kedambaan dan makna hidup : Dalam menghadapi gejolak kehidupan, manusia membutuhkan nilai-nilai untuk menuntunnya dalam mengambil keputusan atau memberikan makna pada kehidupannya.
6. Kebutuhan akan pemenuhan diri : Kita bukan saja ingin mempertahankan hidup, kita juga ingin meningkatkan kualitas kehidupan diri kita; ingin memenuhi peotensi-potensi kita.
PERTANYAAN!!
Jika motif sosiogenesis mempunyai peranan yang penting dalam membentuk perilaku sosial, mengapa disebut motif sekunder?
KONSEPSI MANUSIA DALAM PSIKOANALISIS
Sigmund Freud, pendiri psikoanaliss adalah orang yang pertama berusaha merumuskan psiologi manusia. Ia memfokuskan perhatiannya kepada totalitas kepribadian manusia.
Menurut Freud perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga subsitem dalam kepribadian manusia :
  1. Id
Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure principle), ingin memenuhi kebutuhannya. Id bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat manusia hewani.
  1. Ego
Ego berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas dunia luar. Ego adalah mediator anatara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Ego dapat menundukan manusia terhadap hasrat hewaninya.
  1. Superego
Superego adalah polisi kepribadian, mewakili yang ideal. Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya. Ia memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak berlainan ke alam bawah sadar.
Dalam psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (Id), komponen psikologis (ego), dan komponen sosial (superego).
PERTANYAAN!!
Sebutkan contoh perilaku orang yang mencerminkan Id, Ego, dan Superego!
TEORI BEHAVIORISME
Teori Behaviorisme Adalah teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberirespon terhadap lingkungan.Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dalam teori behaviorisme, ingin menganalisa hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus).
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Edward Edward Lee Thorndike (1874-(1874-1949))
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi anatara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, adal eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Ivan Petrovich Pavlo (1849-1936)
Teori pelaziman klasik
Adalah memasangkan stimuli yang netral atau stimuli yang terkondisi dengan stimuli tertentu yang tidak terkondisikan, yang melahirkan perilaku tertentu. Setelah pemasangan ini terjadi berulang-ulang, stimuli yang netral melahirkan respons terkondisikan.
Skinner (1904-1990)
Skinner menganggap reward(penghargaan) dan rierforcement(peneguhan) merupakan factor penting dalan belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal mengontrol tingkah laku. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operans conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operans yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
Albert Bandura (1925-sekarang)
Ternyata tidak semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam proses belajar.
Behaviorsime memang agak sukar menjelaskan motivasi. Motivasi terjadi dalam diri individu, sedang kaum behavioris hanya melihat pada peristiwa-peristiwa eksternal. Perasaan dan pikiran orang tidak menarik mereka. Behaviorisme muncul sebagai reaksi pada psikologi ”mentalistik”.

Teori Gestalt

Psikologi Gestalt bermula pada lapangan pengamatan ( persepsi ) dan mencapai sukses yang terbesar juga dalam lapangan ini. Demonstrasinya mengenai peranan latar belakang dan organisasinya terhadap proses-proses yang diamati secara fenomenal demikian meyakinkan sehingga boleh dikatakan tidak dapat di bantah.
 
Ketika para ahli Psikologi Gestalt beralih dari masalah pengamatan ke masalah belajar, maka hasil-hasil yang telah kuat / sukses dalam penelitian mengenai pengamatan itu dibawanya dalam studi mengenai belajar . Karena asumsi bahwa hukum –hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku pada proses pengamatan dapat ditransfer kepada hal belajar, maka untuk memahami proses belajar orang perlu memahami hukum-hukum yang menguasai proses pengamatan itu.
 
Pada pengamatan itu menekankan perhatian pada bentuk yang terorganisasi (organized form) dan pola persepsi manusia . Pemahaman dan persepsi tentang hubungan-hubungan dalam kebulatan (entities) adalah sangat esensial dalam belajar. Psikologi Gestalt ini terkenal juga sebagai teori medan (field) atau lazim disebut cognitive field theory. Kelompok pemikiran ini sependapat pada suatu hal yakni suatu prinsip dasar bahwa pengalaman manusia memiliki kekayaan medan yang memuat fenomena keseluruhan lebuh dari pada bagian- bagiannya.

Keseluruhan ini memberikan beberapa prinsip belajar yang penting, antara lain :
  1. Manusia bereaksi dengan lingkunganya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional,sosial dan sebagainya
  2. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan.
  3. Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya.
  4. Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi ynag lebih luas.
  5. Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight.
  6. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi membei dorongan yang mengerakan seluruh organisme.
  7. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan.
  8. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi.
Belajar sangat menguntungkan untuk kegiatan memecahakan masalah. Hal ini nampaknya juga relevan dengan konsep teori belajar yang diawali dengan suatu pengamatan. Belajar memecahkan masalah diperlukan suatu pengamatan secara cermat dan lengkap. Kemudian bagaiman seseorang itu dapat memecahknan masalah mrnurut J. Dewey ada 5 upaya pemecahannya yakni:
  1. Realisasi adanya masalah. Jadi harus memehami apa masalahnya dan juga harus dapat merumuskan
  2. Mengajukan hipotesa, sebagai suatu jalan yang mungkin memberi arah pemecahan masalah.
  3. Mengumpulkan data atau informasi, dengan bacaan atau sumber-sumber lain.
  4. Menilai dan mencobakan usah pembuktian hipotesa dengan keterangan-keterangan yang diperoleh.
  5. Mengambil kesimpulan, membuat laporan atau membuat sesuatu dengan hasil pemecahan soal itu.
Teori medan ini mengibaratkan pengalaman manusia sebagai lagu atau melodi yang lebih daripada kumpulan not, demikian pila pengalaman manusia tidak dapat dipersepsi sebagai sesuatu yang terisolasi dari lingkungannya. Dengan kata lain berbeda dengan teori asosiasi maka toeri medan ini melihat makna dari suatu fenomena yang relatif terhadap lingkungannya. Sesuatu dipersepsi sebagai pendek jika objek lain lebih panjang. Warna abu-abu akan terlihat lebih cerah pada bidang berlaatr belakang hitam pekat. Warna abu-abu akan terliaht biru pada latar berwarna kuning.

Belajar melibatkanproses mengorganisasikan pengalaman-pengalaman kedalam pola-pola yang sistematis dan bermakna. Belajar bukan merupakan penjumalahan (aditif), sebaliknya belajar mulai dengan mempersepsi keseluruhan, lambat laun terjadi proses diferensiasi, yakni menangkapbagian bagian dan detail suatu objek pengalaman. Dengan memahami bagian / detail, maka persepsi awalakan keseluruhan objek yang semula masih agak kabur menjadi semakin jelas. Belajar menurut paham ini merupakan bagian dari masalah yang lebih besar yakni mengorganisasikan persepsi kedalam suatu struktur yang lebih kompleks yang makin menambah pemahaman akan medan. Medan diartikan sebagaikeseluruhan dunia yang bersifat psikologis. Seseorang meraksi terhadap lingkungan seauai dengan persepsinya terhadap lingkungan pada saat tersebut. Manusia mempersepsi lingkungan secara selektif, tidak semua objek masuk kedalam fokus persepsi individu, sebagian berfungsi hanya sebagai latar.
 
Tekanan ke-2 pada psikologi medan ini adalah sifat bertujuandari prilaku manusia. Individu menetaokan tujuan berdasarkan tilikan (insight) terhadap situasi yang dihadapinya. Prilakunya akan dinilai cerdas atau dungu tergantung kepada memdai atau tidaknya pemahamanya akan situasi
Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok , yaitu hukum Pragnaz, dan empat hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu,yaitu hukum –hukum keterdekatan , ketertutupan, kesamaan , dan kontinuitas.

Sensasi, Persepsi dan Memori

1.1 Sensasi
Sensasi berasal dari kata “sense” yang artinya alat pengindraan, yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Menurut Dennis Coon, “Sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan penguraian verbal. Simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan dengan kegiatan alat indera.”
Definisi sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat penting. Kita mengenal lima alat indera atau pancaindera. Kita mengelompokannya pada tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri (internal). Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor (misalnya, telinga atau mata). Informasi dari dalam diindera oleh ineroseptor (misalnya, system peredaran darah). Gerakan tubuh kita sendiri diindera oleg propriseptor (misalnya, organ vestibular).
1.2 Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli). Sensasi adalah bagian dari persepsi. Persepsi, seperti juga sensasi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Faktor lainnya yang memengaruhi persepsi, yakni perhatian.
Perhatian (Attention)
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesdaran pada saat stimuli lainnya melemah (Kenneth E. Andersen)
Faktor Eksternal Penarik Perhatian
Hal ini ditentukan oleh faktor-faktor situasional personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perharian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter) dan sifat-sifat yang menonjol, seperti :
  • Gerakan secara visual tertarik pada objek-objek yang bergerak.
  • Intensitas Stimuli, kita akan memerharikan stimuli yang menonjol dari stimuli yang lain
  • Kebauran (Novelty), hal-hal yang baru dan luar biasa, yang beda, akan menarik perhatian.
  • Perulangan, hal-hal yang disajikan berkali-kali bila deisertai sedikit variasi akan menarik perhatian.
Faktor Internal Penaruh Perhatian
Apa yang menjadi perhatian kita lolos dari perhatian orang lain, atau sebaliknya. Ada kecenderungan kita melihat apa yang ingin kita lihat, dan mendengar apa yang ingin kita dengar. Perbedaan ini timbul dari faktor-faktor yang ada dalam diri kita. Contoh-contoh faktor yang memengaruhi perhatian kita adalah :
  • Faktor-faktor Biologis
  • Faktor-faktor Sosiopsikologis.
  • Motif Sosiogenis, sikap, kebiasaan , dan kemauan, memengaruhi apa yang kita perhatikan.
Kenneth E. Andersen, menyimpulkan dalil-dalil tentang perhatian selektif yang harus diperhatikan oleh ahli-ahli komunikasi.
  1. Perhatian itu merupakan proses aktif dan dinamis, bukan pasif dan refleksif.
  2. Kita cenderung memerhatikan hal-hal tertentu yang penting, menonjol, atau melibatkan kita.
  3. Kita menaruh perhatian kepada hal-hal tertentu sesuai dengan kepercayaan, sikat, nilai, kebiasaan, dan kepentingan kita.
  4. Kebiasaan sangat penting dalam menentukan apa yang menarik perhatian, tetapi juga apa yang secara potensial akan menarik perhatian kita.
  5. Dalam situasi tertentu kita secara sengaja menstrukturkan perilaku kita untuk menghindari terpaan stimuli tertentu yang ingin kita abaikan
  6. Walaupun perhatian kepada stimuli berarti stimuli tersebut lebih kuat dan lebih hidup dalam kesadaran kita, tidaklah berarti bahwa persepi kita akan betul-betul cermat.
  7. Perhatian tergantung kepada kesiapan mental kita,
  8. Tenaga-tenaga motivasional sangat penting dalam menentukan perhatian dan persepsi.
  9. Intesitas perhartian tidak konstan
  10. Dalam hal stimuli yang menerima perhatian, perhatian juga tidak konstan.
  11. Usaha untuk mencurahkan perhatian sering tidak menguntungkan karena usaha itu sering menuntut perhatian
  12. Kita mampu menaruh perhatian pada berbagai stimuli secara serentak.
  13. Perubahan atau variasi sangat penting dalam menarik dan memertahankan perhatian
Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain yang termasuk apa yang ingin kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memeberikan respons pada stimuli itu.
Kerangka Rujukan (Frame of Reference)
Sebagai kerangka rujukan. Mula-mula konsep ini berasal dari penelitian psikofisik yang berkaitan dengan persepsi objek. Dalam eksperimen psikofisik, Wever dan Zener menunjukan bahwa penilaian terhadap objek dalam hal beratnya bergantung pada rangkaian objek yang dinilainya. Dalam kegiatan komunikasi kerangka rujukan memengaruhi bagaimana memberi makna pada pesan yang diterimanya.
Faktor-faktor Struktural yang Menentukan Persepsi
Faktor-faktor structural berasal semata-mara dari sifar stimuli fisik dan ekfek-efek saraf yang ditimbulkanny pada system saraf individu. Para psikolog Gestalat, seperti Kohler, Wartheimer, dan Koffka, merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat structural. Prinsip-prinsip ini kemundian terkenal dengan nama teori Gestalt. Menurut teori Gestalt, mempersepsi sesuatu, kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan. Dengan kata lain, kita tidak melihat bagian-bagiannya. Jika kia ingin memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah; kita harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan
***
Krech dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi, menjadi empat bagian :
  1. Dalil persepsi yang pertama : Persepsi bersifat selektif secara fungsional. Berarti objek-objek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi
  2. Dalil persepsi yang kedua : Medan perceptual dan kognitif selalu diorganisasikan dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya. Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interprestasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
  3. Dalil persepsi yang ketiga : Sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan diperngaruhi oleh keanggotaan kelompolmua dengan efek berupa asimilasi atau kontras.
  4. Dalil persepsi yang keempat : Objek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Dalil ini umumnya betul-betul bersifat structural dalam mengelompokkan objek-objek fisik, seperti titik, garis, atau balok.
Pada persepsi sosial, pengelompokan tidak murni structural; sebab apa yang dianggap sama atau berdekatan oleh seorang individu, tidaklah dianggap sama atau berdekatan dengan individu yang lainnya. Dalam komunikasi, dalil kesamaan dan kedekatan ini sering dipakai oleh komunikator untuk meningkatkan kredibilitasnya, atau mengakrabkan diri dengan orang-orang yang punya prestise tinggi. Jadi, kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimuli ditangapi sebagai bagian dari struktur yang sama. Kecenderungan untuk mengelompokan stimuli berdasarkan kesamaan dan kedekatan adalah hal yang universal.
1.3 Memori
Dalam komunikasi Intrapersonal, memori memegang peranan penting dalam memengaruhi baik persepsi maupun berpikir. Memori adalah system yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya (Schlessinger dan Groves). Memori meleawai tiga proses:
  1. Perekaman (encoding) adalah pencatatan informasi melalui reseptor inera dan sirkit saraf internal.
  2. Penyimpanan (strorage) adalah menentukan berapa lama informasi itu berada berserta kita, dalam bentuk apa, dan di mana. Pe
  3. Pemanggilan (retrieval), dalam bahasa sehari-hari, mengingat lagi, adalah menggunakan informasi yang disimpan
Jenis-jenis Memori
Pemanggilan diketahui dengan empat cara :
  1. Pengingatan (Recall), Proses aktif untuk menghasilkan kembali fakta dan informasi secara verbatim (kata demi kata), tanpa petunjuk yang jelas.
  2. Pengenalan (Recognition), Agak sukar untuk mengingat kembali sejumlah fakta;lebih mudah mengenalnya.
  3. Belajar lagi (Relearning), Menguasai kembali pelajaran yang sudah kita peroleh termasuk pekerjaan memori.
  4. Redintergrasi (Redintergration), Merekontruksi seluruh masa lalu dari satu petunjuk memori kecil.
Mekanisme Memori
Ada tiga teori yang menjelaskan memori :
  1. Teori Aus (Disuse Theory), memori hilang karena waktu. William James, juga Benton J. Underwood membuktikan dengan eksperimen, bahwa “the more memorizing one does, the poorer one’s ability to memorize” – makin sering mengingat, makin jelek kemampuan mengingat.
  2. Teori Interferensi (Interference Theory), Memori merupakan meja lilin atau kanvas. Pengalaman adalah lukisan pada menja lilin atau kanvas itu. Ada 5 hal yang menjadi hambatan terhapusnya rekaman : Interferensi, inhibisi retroaktif (hambatan kebelakang), inhibisi proaktif (hambatan kedepan), hambatan motivasional, dan amnesia.
  3. Teori Pengolahan Informasi ( Information Processing Theory), menyatakan bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang inderawi), kemudian masuk short-term memory (STM, memory jangka pendek; lalu dilupakan atau dikoding untuk dimasukan pada Long-Term Memory (LTM, memori jangka panjang) 
 sumber : kuliahkomunikasi.com
Riofr. Powered by Blogger.